Tidak apa jika kamu tidak mampu jujur & tidak ingin menceritakan tentang kekuranganmu pada orang lain. Tetapi jangan mengarang cerita lain agar terlihat hebat untuk menarik perhatian mereka (sywl, 2016)
Quotes di atas tercipta dari renungan sesaat dari kasus berikut :
Ada cowok deketin cewek dan berniat ingin menjalin hubungan serius sama cewek itu. Nah untuk menarik perhatian si cewek ini dia ceritakan semua kelebihannya, tentang keluarganya dll. Tapi satu hal yang dia karang, cowok ini pengangguran & berbohong kepada si cewek. Ia mengatakan kalau dia sekarang kuliah di universitas A misalnya. Padahal dia tidak kuliah. Tetapi si cewek tersebut percaya. Dan pada suatu hari, si cowok diterima bekerja di perusahaan A. Setelah itu baru si cowok jujur kepada si cewek tentang dirinya yang dahulu membohonginya.
Akhirnya aku memutuskan untuk berkonsultasi tentang kasus di atas kepada seorang teman yang kebetulan seorang mahasiswa psikologi.
"Cowok yg seperti itu kenapa ya jika dilihat dari sudut pandang psikologi manusia?"
Teman tersebut pun menjawab "Dia tidak percaya diri, karna mungkin dia seperti itu karena melihat dari sisi status sosial perempuannya.
Dia tidak ingin wanita tersebut kecewa dan dia membuktikan dengan berusaha untuk bekerja agar keduanya setara status sosialnya."
Pertanyaan selanjutnya "Apakah orang seperti itu cenderung akan selalu berbohong untuk menutupi kekurangannya kepada orang lain juga? Misal kepada teman/saudaranya?"
"Bisa, karena indikasi awalnya dia begitu "Jawab kawan tersebut.
Dan sedikit nasehat tambahan darinya "tetapi segala hal yg didasari kebohongan belum tentu selalu buruk"
Sejenak aku berpikir, asik ya jadi mahasiswa psikolog. Bisa menganalisa kepribadian seseorang, tentu saja berdasarkan riset & aplikasi di masyarakat.
2 tahun lalu, saat teman2 bertanya kelak aku ingin melanjutkan study di jurusan apa, dengan bangga aku katakan "aku ingin menjadi seorang psikolog"
Rasa tertarik itu masih tertanam hingga sekarang. Dan aku pun melanjutkan diskusi ringan dengan seorang teman tadi.
Aku bertanya tentang buku pegangan wajib seorang mahasiswa psikolog, dia pun menjawab "kami tidak memiliki buku pegangan wajib. Semua harus di luar kepala"
Ada rasa kagum terhadap teman tersebut. Dan kembali aku lontarkan pertanyaan "lalu untuk bisa menganalisa kepribadian seseorang bagaimana caranya ? Apakah dgn banyak mempelajari lewat buku atau langsung ke masyarakat?"
Inilah jawaban yang ku dapat..
Seperti ada yang rancu ketika mendengar penuturan tersebut, dan aku semakin tertarik dengan kode etika seorang psikolog.
Tak puas dengan jawaban teman tadi, aku beralih ke dua teman lainnya. Pertanyaan awal aku mulai tentang kode etik seorang psikolog. Dan keduanya pun menjawab dengan hal yang sama.
Jadi, pelajaran apa yang dapat kita ambil dari teman yg pertama tadi ? bagaimana cara memilah psikiater yang dapat kita percaya dan tidak ?
YOU KNOW WHAT I MEAN ? SIMPULKAN SENDIRI..
KEMBALI KE LAPTOP. Inilah kesimpulan akhir dari bincang singkat untuk kasus diatas :
NB : Maaf jika membuat pembaca menyesal telah membuang-buang waktu untuk membaca tulisan tidak jelas ini.
0 komentar:
Posting Komentar