Assalamu’alaikum
wr wb..
Bismillah,
dalam postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman dari seorang sahabat. Namanya
Anna. Kami dipertemukan di kota seribu pura, tentu saja atas kehendak-Nya.
Sekedar
berbagi cerita, khususnya bagi wanita yang ingin berubah, namun masih belum
mantap akan hijrahnya karena satu dan lain hal. Kutipan pengalaman ini mungkin terlihat
biasa, namun dapat dijadikan renungan menuju perubahan yang luar biasa. Insya
Allah
Tidak
sedikit yang selalu bertanya kepada Anna tentang perubahannya saat ini. Mengapa
sekarang ia memutuskan untuk memakai pakaian panjang nan longgar dengan kerudung
lebar yang menutupi hampir separuh tubuhnya. Apakah tidak gerah ? Untuk apa
memilih gaya berpakaian seperti itu ? Sedangkan saat ini sangat banyak tutorial
trend hijab anak muda yang lebih
modis dan akan membuat semua mata terpukau.
Anna
selalu menasehati dengan tuturnya yang lembut, “berjilbab itu jangan
banyak-banyak peniti atau jarumnya, tutorial kiri-kanan. Cukup ulurkan jilbabmu
hingga dada dan berpakaian longgar, karena sebaik-baiknya tutorial hijab ada
pada Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31. Maka sempurnalah
hijabmu, indah dalam kesederhanaan”
Ya,
perubahan tersebut tidak serta merta datang begitu saja tanpa perantara. Dan
untuk memantapkan hati dalam berhijrah pun banyak problema nya.
Anna
adalah seorang gadis yang jelita, sosoknya yang sekarang tidak terlepas dari
cerita masa lalunya yang “kelam” layaknya “kisah indah” ABG masa kini. Kisah
indah tersebut biasanya kami sebut PACARAN.
Anna
mulai menjalin hubungan “pacaran” sejak kelas IX, sedangkan dulu ia berkomitmen
tidak mau pacaran layaknya teman-teman seumurannya. Karena apabila ia
berpacaran lalu putus, maka ia punya mantan. Apabila punya banyak mantan,
berarti punya banyak bekas. BEKAS DIAPA-APAIN (seperti pegangan tangan dll). Hingga
suatu hari, runtuhlah pertahanannya karena ada seorang pria yang kebetulan pria
tersebut adalah salah satu idola anak-anak gadis di sekolahnya menawarkan diri
untuk menjalin hubungan yang disebut pacaran tadi. Masih sangat melekat dibenak
Anna, bagaimana sosok pria tadi mengutarakan maksudnya yang langsung to the point. “Mau menjadi pendamping
abang ?” Wow, “ternyata selama ini aku diperhatikan olehnya. Sedikitpun aku
tidak berani menyimpan rasa padanya karena terlalu banyak saingan.” bantin
Anna.
Akhirnya
mereka pacaran, dengan gaya berpacaran yang masih wajar. Seperti; pulang bareng
menggunakan angkot yang sama, jalan kaki mencari angkot bersama saat gerimis,
kebayang kan gimana romance nya untuk
anak usia 15 tahun ? Tetapi, jangankan berpegangan tangan, menyimpan secuil
perasaan cinta pun tidak. Mungkin lebih tepatnya ini disebut PACARAN HANYA
STATUS.
Singkat
cerita, mereka putus dan Anna pun sakit hati. Mungkin rasa sakit hati itu
muncul karena benih cinta mulai tumbuh. Kemudian datanglah sosok yang mampu
menepis gundah pada diri Anna dan menawarkan hal yang sama, kebahagiaan semu
lewat pacaran.
Lewat
dirinyalah Anna belajar banyak hal. Mengubah kepolosan menjadi kebringasan. Ini
yang disebut bahagia lewat pacaran. Mereka menjalin hubungan kurang lebih 11
bulan, waktu yang cukup lama untuk bisa ikhlas melepaskan saat segalanya sudah tidak mampu dipertahankan.
Dua
tahun setelah berpisah, Anna memutuskan kembali membuka hati untuk pria lain.
Saat itu tepatnya kelas 3 SMA, seseorang kembali mampir mengisi hati Anna.
Bahkan mereka mengikat janji akan mempertahankan hubungan ini sampai menikah.
Usia yang terlalu dini untuk memahami apa arti pernikahan.
Sampai
pada suatu saat, Anna merasa ada yang salah dengan hubungan ini. Gaya berpacaran
mulai tak terkendali, dan ada sosok yang selalu Anna bohongi saat hendak
menemui kekasih hati. Ya, berbohong kepada kedua orang tua. Ditengah padatnya
tugas kelompok saat SMA, Anna manfaatkan alasan tersebut untuk menemui pujaan
hati. Uang saku yang diberikan habis demi membahagiakan sosok yang dicintai.
Seiring
berjalannya waktu, ujian akhir nasional pun tiba. Anna kehabisan alasan untuk
minta izin keluar karena sudah tidak ada lagi tugas kelompok yang sekolah
berikan menjelang UN. Semakin hari kekasih tercinta makin mendesak ingin
bertemu akibat rindu menggebu. Ada rasa berontak dalam batin Anna, antara tidak
ingin membuat pasangannya kecewa dan tidak ingin membuat Tuhan kecewa.
“Aku
tidak boleh begini terus, sebaiknya aku tinggalkan saja dia. Bersamanya aku tak
pernah merasakan kebahagiaan seperti dengan kekasihku yang dahulu. Yang ada
hanya hati yang tersakiti. Lagipula apa untungnya hubungan ini ?” gumamnya.
Anna
mulai sadar, sudah banyak dosa yang ia tumpuk karena hubungan terlarang ini.
Anna takut Allah tidak ridho. Apalagi ujian akhir nasional dan tes perguruan
tinggi sudah di depan mata, Anna sadar bahwa ia bukan siswi yang cerdas. Dan
jalan satu-satunya selain berusaha adalah dengan berdo’a & lebih
mendekatkan diri kepada Illahi. Akhirnya Anna memantapkan hati untuk
meninggalkan kekasihnya. Ia mulai membenah diri mulai dari cara berpakaian yang
seharusnya dan mulai rajin mengerjakan amalan-amalan sunnah.
Saat
Anna memutuskan untuk melebarkan jilbabnya, ada rasa was-was dalam diri Anna. Takut
jika ibunda melarang, karena keluarga besarnya pernah menentang salah satu
kerabat yang memutuskan untuk berniqab. Anna takut keluarganya menganggap
perubahan dirinya karena ikut organisasi fanatik. Sedangkan saat itu ia sama
sekali tidak pernah bergelut dengan pengajian dan organisasi seperti itu.
Apalagi kota tempat Anna menetap memang sudah masuk zona merah sarang teroris,
hal itu semakin menyurutkan niat Anna untuk berbenah. Akan tetapi, keinginan
Anna tidak pupus. “Jika aku tetap bertahan memakai kerudung tipis ini, sampai
kapan aku harus menabung dosa? Karena percuma jika aku berkerudung tetapi
rambutku masih kelihatan karena kain kerudung yang transparan. Percuma jika aku
memakai jeans panjang tetapi lekuk
tubuhku masih terbentuk. Sudah terlalu banyak dosa-dosa yang aku pupuk, walau
kelakuan dan tutur kata ini masih sangat jauh dari kata baik, setidaknya dengan menutup
aurat sesuai syari’at akan meminimalisir dosa-dosaku yang sudah menggunung dan
Insya Allah kelak kebaikan lain akan mengikuti.” Batin Anna.
Walaupun
kadang orang-orang terdekat Anna termasuk sang ibu sering berkomentar atas
kerudung lebarnya, namun Anna tidak berkecil hati bahkan tidak membalas
komentar tersebut. Kegigihan sikap Anna menjadi teladan dalam keluarganya,
sehingga sekarang sang ibu dan adik-adiknya mulai tertarik memakai gamis dan
kerudung lebar.
Teringat
kisah Larissa Chou, walau awalnya keluarga sangat menentang dengan keputusannya
untuk pindah ke agama Islam. Namun ia tidak melawan, justru ia tetap
menunjukkan pribadi lembut sebagai seorang muslimah yang taat dengan syari’at Islam.
Sehingga ayah dan sang nenek pun tertarik akan kepribadiannya yang baru, lalu
ayah dan neneknya memutuskan untuk masuk Islam.
Begitulah
cara Rasulullah menyebarkan agama Allah. Dahulu Rasulullah berdakwah hanya
seorang diri, lambat laun banyak yang mengikuti ajaran Beliau. Bagaimana cara Rasulullah?
Dengan cara menjadi tauladan yang baik, sehingga orang-orang tertarik untuk
mengikuti. Dan sampai saat ini, hampir separuh penduduk Bumi memeluk agama
Islam.
Ya,
begitulah kisah hijrah sahabatku Anna. Benda-benda ini menjadi saksi bisu
perjalanan cintanya yang mengantarkan ia lebih dekat kepada Penciptanya.
Akhirnya,
Anna lulus dengan nilai UN tertinggi kedua di sekolahnya dan lulus perguruan
tinggi negeri di jurusan yang selama ini telah diistikharahkan. Aku pun bertemu
dengan Anna di sini, kota seribu pura. Aku memutuskan untuk berkuliah di sini
agar bisa bebas dari orang tua, bisa bersenang-senang ke bar atau diskotik. Namun
Allah berkehendak lain, justru di sinilah aku semakin dekat dengan-Nya. Dari sinilah
aku belajar banyak tentang Islam, lewat tarbiyah. Bersama Anna dan sahabatku
yang lain. Sywl
0 komentar:
Posting Komentar