Menggapai Angin

Angin kembali merayuku untuk bersajak. Memaksa sosokmu menjadi pelakon utama, dan menjadikan kisah ini sebagai alurnya.
Saat panggilan-Nya berkumandang
Aku dan kamu bergegas menuju-Nya
Tetesan wudhu menjadi saksi bagaimana kau menjagaku
Dirimu, melindungiku dari pandangan seseorang yang tak seharusnya
Bahkan kau pun tak sudi untuk menatap
Karena aku belum menjadi hak mu
Dari saff belakang ku pandangi sosokmu
Dengan gagah berdiri diantara barisan itu
Kamu, sedang bermunajat kepada Tuhanmu
Aku mengagumimu


Bersamamu habiskan malam
Mengarungi samudera
Semilir angin dan gemuruh ombak menjadi saksi kita bersua
Guyonan polosmu membuat jiwa ini tergelitik
Ombak dan angin malam menjadi saksi pengakuanmu
Dirimu rindu akan kenangan masa lalu
Kenangan dari semilir angin Tanjung Benoa
Membawa ingatan tentang dia
Dia yang menjadi cinta pertamamu
Dia, sosok dewasa yang kau butuhkan
Tempat kau bermanja ria
Tetapi sosok itu pudar raganya
Yang tersisa hanya alur kenangan
Yang kau anggap indah dan sulit untuk terganti
Aku dan kamu kembali mengitari perahu
Mengiring tuk bersandar di dermaga itu
Aku dan kamu tiba dipenghujung
Kelap-kelip lampu kota dari kejauhan
Sinar rembulan, sepoi angin
Kau dan aku bersama
Aku ingin selalu terjaga
Diantara hijaunya ruang
Namun raga ini mulai terlelap


00:00, menemukanmu di sampingku
Diri ini tak mampu berpaling dari lelapmu
01:00, Kau terbangun
Kau dan aku mulai berpetualang kembali
Menyusuri tiap ruang yang sepi
Sedikit bercengkerama namun kaku
Semua terasa berbeda
Kau dan aku saling diam
Lalu kau pun pergi
Berharap kau datang kembali, menghampiri
Angin mulai menusuk dinginnya malam
Sepi, berharap kau kembali
Ku susuri ruang tanpa cahaya
Berharap menemukan sosokmu
Langkah demi langkah
Lalu terhenti
Kutemukan pelita dirimu
Merebah pada kursi panjang nan usang
Mungkin pelitamu redup bersama angin
Kembali ku kagumi sosokmu dalam lelap
05:00, panggilan-Nya berkumandang kembali
Kau masih terlelap
Bangunku tak kau hiraukan
Kau meluluh disetengah waktu
Kau beranjak, bergegas menghadap-Nya
Kau dan aku menyambut sang mega
Mengawali hari berdua
Mengisi kekosongan bersama
Lumba-lumba itu menjadi saksi curahan hati
Kau mengajakanku teori pujangga
Aku tertarik
Perjalanan ini terhenti
Kau dan aku berbeda haluan
Aku tidak cantik, kau tak mungkin tertarik
Dan aku kembali mengapai angin


0 komentar:

Posting Komentar