Ikhwan-Akhwat di Lembaga Dakwah Kampus


Bismillahirrahmanirrahim..
 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tulisan ini ane kutip dari buku yang sedang ane baca, berjudul Beauty Jannaty karangan Keisya Avicenna (nama pena dari Norma Ambarwati, S.Si.)
Kutipan ini sangat berkesan untuk ane pribadi, karena kebetulan ane masih dalam proses belajar mengenal DAKWAH, melalui Forum Persatuan Mahasiswa Islam pada salah satu universitas negeri di Indonesia.
Tulisan ini ane kutip dari Bab 17, Jelita karena Tidak Bercampur dengan Laki-Laki secara Bebas. halaman 75-79.
 
          Seiring perkembangan zaman dan teknologi, ikhtilat ataupun khalwat tidak hanya terjadi bila dua fisik bertemu di satu lokasi. Tetapi dapat melalui SMS, menelepon secara berlebihan, dan chat-chat yang tiada guna dan tujuan kepada lawan jenis bukan mahram yang bisa membuat hati gelisah.
Wahai muslimah jelita, mengapa ikhtilat bisa terjadi di kalangan aktivis dakwah ? Simak baik-baik fenomena di bawah ini, ya !
“Dia ikhwan ya ? Tapi kok kalau bicara dengan akhwat, dekat sekali ?” Tanya seorang akhwat kepada temannya karena ia sering melihat seorang aktivis rohis ketika berbicara dengan lawan jenis sangat dekat posisi tubuhnya.
“Mbak, akhwat yang itu sudah menikah ? Kok akrab sekali sama ikhwan itu ?” Tanya sang mad’u kepada murabbinya karena sering melihat dua aktivis rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yang sudah menikah. Demikian kejadian yang sering dipertanyakan.

Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu disebabkan oleh :
1.         Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat;
2.         Sudah mengetahui, tetapi belum memahami;
3.         Sudah mengetahui, tetapi tidak mau mengamalkan;
4.         Sudah mengetahui dan memahami, tetapi tergelincir karena lalai. 

          Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita, demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kukuh dan mujahadah sajalah yang dapat membuat seseorang dapat istiqamah menjaga batas-batas ini.
Berikut ini adalah pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat yang masih sering terjadi.
1. Pulang Berdua
Usai rapat acara rohis karena pulang ke arah yang sama, akhirnya akhwat pulang bersama di mobil ikhwan. Berdua saja.
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya karena yang ketiganya adalah setan” (HR Ahmad)
2. Rapat Berhadap-hadapan
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan sangatlah cair, dan rentan akan timbul ikhtilat. Alangkah baiknya jika belum mampu menggunakan hijab, dibuat jarak yang cukup  antara ikhwan dengan akhwat.
Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka….” (QS an-Nur : 30)
3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “dari mana datangnya cinta ? dari mata turun ke hati.” Jadi, jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, “Ah, tidak perlu Gadhul Bashar, yang pentingkan jaga hati !” Namun, tentu aplikasinya tedak harus dengan cara menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping.
Rasulullah saw. bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-panah iblis, barang siapa yang menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya” (HR Ahmad)
4. Duduk/Jalan Berduaan
Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang sedang didiskusikan. Sebab, yang terlihat di mata mereka adalah aktivis berduaan, titik. Oleh karena itu, menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita. 
5. Pesan Untuk Menikah
“Bagaimana ukh ? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘memesan’ seorang akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan. 
6. Telepon dan SMS Tidak Penting
Menelepon dan SMS tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.
7. Berbicara Mendayu-dayu
“Duhh si akhiii, antum bisa aja deh…” Ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.
Allah SWT berfirman, “… Maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik….” (QS al-Ahzab : 32) 
8. Bahasa yang Akrab
Lewat apapun, baik HP, e-mail, fax, media sosial, maupun telepon. Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, ikhwan-akhwat bukanlah sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Meskipun hanya bahasa tulisan, tetap dapat membekas di hati si penerima ataupun si pengirim sendiri.
9. Curhat
Duh bagaimana ya ? Ane bingung nih, banyak masalah begini.” Curhat berduaan akan menimbukan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati sehingga bisa menggangu proses dakwah. Apalagi jika yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan dakwah.
10. Bercanda Ikhwan-Akhwat
Bercanda yang biasa, bahkan mungkin karena terlalu banyak setan di sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.